Jumat, 24 Mei 2013

Konsep Keberagaman Budaya


Sebelum membahas tentang keberagaman budaya terlebih dahulu
harus dipahami tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan
kebudayaan agar lebih mudah dalam memahami konsep tentang
keberagaman budaya. Di dalam antropologi, terdapat konsep belajar
mengenai kebudayaan sebagai hasil karya manusia. Kebudayaan
merupakan segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara
sosial oleh manusia. Seiring dengan perjalanan sejarah, kebudayaan
berkembang sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Konsep Masyarakat Majemuk
Ciri masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang
memiliki keanekaragaman budaya yang tinggi. Menurut Furnivall,
masyarakat majemuk (plural society) merupakan suatu masyarakat
yang terdiri atas dua atau lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup
berdampingan, tetapi tidak terintegrasi dalam satu kesatuan politik.
Menurut Clifford Geertz, meskipun masyarakat Indonesia telah
terbentuk sejak tahun 1945 dengan sistem sosial masyarakat yang
bersifat multietnik, multiagama, multibahasa, dan multiras
cenderung tidak banyak berubah dan sulit terintegrasi.
Berdasarkan struktur sosialnya, di dalam masyarakat Indonesia
terdapat banyak perbedaan budaya dan adat istiadat antarsuku
bangsa di Indonesia. Di berbagai daerah dapat ditemukan
keanekaragaman suku bangsa dan agama. Misalnya, suku bangsa
Aceh yang mayoritas beragama Islam, suku bangsa Batak yang
mayoritas beragama Kristen, suku bangsa Minangkabau di Sumatra
Barat, dan suku bangsa Melayu di Sumatra Selatan yang mayoritas
beragama Islam. Selain itu, di Jawa terdapat suku Sunda yang
menggunakan bahasa Sunda dan suku bangsa Jawa yang
menggunakan bahasa Jawa.
2. Ciri-Ciri Masyarakat Majemuk
Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Van de Berg adalah
sebagai berikut.
a. Terintegrasinya masyarakat ke dalam kelompok-kelompok
sosial yang memiliki ciri khas budaya yang berbeda satu sama
lain.
b. Adanya lembaga-lembaga sosial yang saling tergantung satu
sama lain karena adanya tingkat perbedaan budaya yang tinggi.
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Kecenderungan terjadinya konflik lebih besar di antara kelompok
satu dengan yang lain.
e. Integrasi sosial tumbuh di antara kelompok sosial yang satu
dengan yang lain.
f. Adanya kekuasaan politik oleh suatu kelompok atas kelompok
yang lain.
Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari
golongan sosial lainnya karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar
dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat asal serta
kebudayaan. Adapun ciri-ciri suku bangsa, antara lain sebagai berikut.
a. Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam
kebudayaan.
b. Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi dalam kebudayaan.
c. Mempunyai anggota yang mengenal dirinya serta dikenal oleh
orang lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan
dengan anggota kelompok sosial yang lain.
Ketika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu
mengadakan interaksi sosial maka akan tampak adanya simbolsimbol
atau karakter khusus yang digunakan untuk mengekspresikan
perilakunya sesuai dengan karakteristik suku bangsanya. Misalnya,
ciri-ciri fisik atau ras, gerakan-gerakan tubuh atau muka, simbol
kebudayaan, nilai-nilai budaya serta keyakinan keagamaan.
Seseorang yang dilahirkan sebagai anggota suatu suku bangsa sejak
dilahirkan harus hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku
bangsanya yang diwariskan oleh orang tua dan keluarganya secara
turun-temurun sesuai dengan konsepsi kebudayaan suku bangsa
tersebut.
3. Primordialisme dan Politik Aliran
Secara tidak sadar masyarakat suatu suku bangsa akan mengembangkan
ikatan-ikatan yang bersifat primordial, yaitu loyalitas
berlebihan yang mengutamakan atau menonjolkan kepentingan
suatu kelompok agama, ras, daerah, atau keluarga tertentu.
Loyalitas yang berlebihan terhadap budaya subnasional tersebut
dapat mengancam integrasi bangsa karena primordialisme mengurangi
loyalitas warga negara pada budaya nasional dan negara
sehingga mengancam kedaulatan negara.
Kencenderungan ini timbul apabila setiap kelompok kultural
yang terorganisasi secara politik akan mengembangkan politik aliran
yang dapat mengancam persatuan bangsa. Selanjutnya, kelompokkelompok
masyarakat tersebut akan mengajukan tuntutan untuk
memperjuangkan kepentingan kelompoknya seperti tuntutan
pembagian sumber daya alam yang lebih seimbang antara pusat dan
daerah. Apabila tidak diakomodasi, tuntutan kelompok masyarakat
tersebut akan berkembang menjadi gerakan memisahkan diri suatu
kelompok masyarakat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Misalnya, gerakan separatisme Aceh Merdeka.
Oleh karena itu, untuk menangkal gejala primordialisme, setiap
kelompok masyarakat harus mengembangkan budaya toleransi terhadap
budaya kelompok lainnya. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa tanpa pengingkaran budaya sendiri.
Di dalam masyarakat majemuk,
anggotanya terbagi-bagi atas kelompok
sesuai identitas budaya masing-masing.
Kelompok yang loyal mengikuti kelompok
atau partai politik tertentu sesuai identitas
budaya mereka yang mengikat anggotanya
secara tertutup. Menurut Robuskha dan
Shepsle terdapat tiga ciri khas dalam masyarakat
majemuk, antara lain
1. keanekaragaman budaya berkembang
dalam kelompok budaya tertutup;
2. keanekaragaman budaya terorganisir
secara politik;
3. muncul masalah menonjolnya unsur etnik di dalam masyarakat.
Keanekaragaman budaya dalam masyarakat terbentuk atas
dasar identitas budaya. Identitas budaya adalah kategori pembeda
berdasarkan nilai-nilai budaya antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Hal itu terjadi karena tiap identitas kultural
memiliki sentimen primordial tertentu yang memengaruhi ikatan
politik, persilangan, dan interaksi sosial di antara kelompok etnik
di dalam masyarakat.
Di dalam masyarakat, kehidupan politik terorganisir menurut
kelompok etnik dan nilai-nilai subbudaya tertentu. Kelompok etnik
membentuk organisasi politik yang saling bersaing. Mereka
mengikuti dasar kepentingan kelompok etnik atau politik aliran dari
kelompok yang bersangkutan. Misalnya, dalam Pemilu 2004
terdapat banyak partai politik yang berlandaskan agama, suku,
bangsa, dan aliran, seperti PKS, PBB, PDS, PDIP, dan PAN.
4. Kemajemukan Indonesia dan Masalah Persatuan Nasional
Unsur penting yang memengaruhi keanekaragaman budaya
masyarakat Indonesia adalah perbedaan anggota masyarakat
berdasarkan ras dan etnisitas. Perbedaan ras dan etnisitas sangat
penting dalam membentuk keanekaragaman sosial budaya
masyarakat majemuk sehingga masyarakat majemuk sering disebut
masyarakat multiras atau multietnik.
Menurut Robertson, ras merupakan pengelompokan manusia
berdasarkan ciri-ciri warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang
diturunkan secara turun-temurun yang merupakan hasil interaksi
manusia dengan lingkungan hidup khusus mereka.
Kelompok etnik merupakan sejumlah besar orang yang
memandang diri dan dipandang oleh kelompok lain, memiliki
kesatuan budaya yang berbeda yang ditimbulkan oleh sifat-sifat
budaya masyarakat dan interaksi timbal balik secara terus-menerus.
Suatu anggota kelompok etnik memiliki peranan dan identitas yang
sama berdasarkan asal-usul, bahasa, agama, tradisi, dan perjalanan
hidup. Suatu kelompok etnik membedakan dirinya dengan kelompok
lain berdasarkan ciri-ciri budaya lokal yang mereka miliki.
Di Indonesia, terdapat beraneka ragam kelompok kesukuan
dipandang berdasarkan perbedaan etnik dan ras. Misalnya, antara
orang Jawa dengan orang Papua dan orang Maluku yang dibedakan
berdasarkan ras dan etnik. Namun, ada anggota kelompok kesukuan
yang dibedakan atas dasar etnik, seperti antara orang Batak dengan
orang Bali dan orang Jawa yang dibedakan atas dasar bahasa,
budaya, dan agama yang mereka anut.
Pada umumnya, orang akan sepintas memandang mereka
memiliki tradisi, pandangan hidup, dan adat istiadat yang berbeda
satu sama lain. Pemahaman tersebut penting untuk memahami gejala
terjadinya sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap
yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya
sebagai tolok ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat
istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan
konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut
timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa
mereka memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda
dengan kelompok masyarakat lainnya.
Menurut David Levinson, sikap etnosentrisme adalah sikap
yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandang
suatu kelompok masyarakat sebagai tolok ukur untuk menilai
kelompok lain. Sebenarnya sikap etnosentrisme adalah suatu gejala
yang umum di seluruh dunia. Konsep etnosentrisme selalu muncul
dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai kelompok sosial karena
adanya keyakinan bahwa kebudayaan sendiri dianggap lebih tinggi
dibanding kelompok lain dan menilai kebudayaan kelompok lain
dengan tolok ukur kebudayaan kelompok mereka sendiri.
Contohnya adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura.
Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga
dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap
sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi
apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan
kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal
dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri
merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi
dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran
mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok
masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks
sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat
Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks
sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura
tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
Selain memiliki dampak yang bersifat negatif, sikap etnosentrisme
juga mempunyai dampak yang positif untuk meningkatkan
rasa nasionalisme suatu bangsa.
Etnosentrisme merupakan pengembangan sifat yang mampu
meningkatkan nasionalisme dan patriotisme suatu bangsa. Tanpa
sifat etnosentrisme maka kesadaran nasional untuk mempertahankan
keutuhan suatu bangsa dan meningkatkan integrasi bangsa akan
sangat sulit dicapai. Selain itu, dengan menerapkan etnosentrisme
juga mampu menghalangi perubahan yang datang dari luar, baik
lain akan berusaha mengekspresikan rasa nasionalismenya dengan
cara berdemonstrasi menentang ancaman bangsa asing tersebut.
Upaya masyarakat untuk mengeskpresikan rasa nasionalismenya
tersebut masih dianggap wajar untuk dilakukan.
sengketa masalah Kepulauan Ambalat
yang akan menghancurkan kebudayaan
sendiri maupun yang mampu mendukung
tujuan masyarakat bangsa tersebut.
Sikap positif etnosentrisme muncul
apabila suatu bangsa menghadapi ancaman
bangsa lain yang berusaha menggangu
kedaulatan dan simbol-simbol negaranya.
Ancaman terhadap kedaulatan bangsa tersebut
akan mendorong timbulnya rasa nasionalisme
warga negara yang merasa harga dirinya
sebagai suatu bangsa telah dilecehkan oleh
bangsa lain. Selanjutnya, anggota masyarakat
yang merasakan adanya ancaman dari bangsa
Contoh terjadinya etnosentrisme dalam
bentuk positif adalah pada saat terjadinya
sengketa masalah kepulauan Ambalat di
Provinsi Kalimantan Selatan yang diklaim
sebagai wilayah Malaysia. Setelah terjadinya
insiden di seputar Pulau Ambalat, muncul
gelombang unjuk rasa yang dilakukan
berbagai kelompok masyarakat yang
menuntut ketegasan pihak pemerintah untuk
menyelesaikan kasus sengketa perbatasan
tersebut. Berbagai kelompok masyarakat
tersebut melakukan demonstrasi karena
didorong oleh perasaan nasionalisme akibat
adanya ancaman terhadap integritas dan
kedaulatan wilayah NKRI. Namun, masalah
tersebut tidak berkembang menjadi konflik terbuka antara pemerintah
Indonesia dan Malaysia karena kedua negara sepakat untuk
menyelesaikan masalah politik tersebut melalui jalur diplomasi
sebagai sesama negara ASEAN.
Apabila tidak dikelola dengan baik, sikap etnosentrisme dapat
mendorong terjadinya sikap xenopobia. Xenopobia adalah perasaan
kebencian terhadap orang asing yang berlebihan. Sikap xenophobia
dapat menimbulkan perilaku kekerasan terhadap orang asing yang
tinggal di suatu tempat.
5. Penerapan Sikap Relativisme Budaya
Pencegahan dampak negatif sikap etnosentrisme dapat
dilakukan dengan sikap relativisme kebudayaan. Dengan memiliki
kebudayaan mempunyai pengertian bahwa
tidak semua adat istiadat di dalam suatu
kelompok masyarakat mempunyai nilai yang
sama. Misalnya, di beberapa suku bangsa
pola perilaku tertentu mungkin merugikan
tetapi di suku bangsa lain perilaku sosial
tersebut mungkin mempunyai tujuan yang
berbeda.
Dalam konteks Indonesia yang mempunyai
masyarakat majemuk, di mana pola
kehidupan sangat beragam dan plural maka
sikap relativisme budaya merupakan salah
satu cara terbaik dengan cara bersikap arif
dan bijak dalam memahami perbedaanperbedaan
kebudayaan.
sikap relativisme budaya, seorang individu akan memahami bahwa
setiap manusia lahir dan berkembang dengan memiliki ras, bahasa,
agama, dan lingkungan budaya yang berbeda-beda dan tidak bisa
disamaratakan. Prinsip relativisme menekankan kepada pemahaman
bahwa setiap kebudayaan memiliki karakteristik yang tidak bisa
dinilai berdasarkan berdasarkan tolok ukur kebudayaan lainnya.
Penerapan prinsip relativisme budaya mampu memahami
keragaman budaya kelompok masyarakat lainnya tanpa berusaha
memberikan penilaian baik atau buruk terhadap nilai budaya
kelompok lainnya.
Dalam konteks Indonesia yang masyarakatnya yang memiliki
keanekaragaman budaya maka sikap relativisme budaya merupakan
cara terbaik dengan cara bersikap arif dan bijak dalam memahami
perbedaan kebudayaan antarkelompok masyarakat.
Oleh karena itu, sikap relativisme budaya harus dikembangkan
dalam memandang keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
Relativisme budaya adalah konsep yang menggambarkan bahwa
fungsi dan arti suatu unsur kebudayaan tergantung pada lingkungan
di mana suatu kebudayaan berkembang.

sumber : http://www.4shared.com/office/lvSaL65n/sma11antro_KhazanahAntropologi.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar