Jumat, 17 Mei 2013

asal-usul bahasa Indonesia


Bila setiap suku bangsa di Indonesia memiliki bahasa masyarakat
sendiri, maka dapat dipastikan bahwa masyarakat memiliki bahasa daerah
yang beranekaragam di samping bahasa Indonesia. Tetapi sampai saat ini
tidak ada angka pasti mengenai jumlah bahasa yang ada di Indonesia.
Indonesian Heritage, jilid 10 (2002) memberi perkiraan bahwa jumlah
bahasa daerah Indonesia berkisar antara 69 sampai dengan 578. Telah ada
beberapa penelitian terhadap bahasa daerah, diantaranya bahasa kelompok
etnis Jawa, Sunda, Madura, Mingkabau, Batak, Bali, Bugis dan Banjar.
Dari manakah asal-usul bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang
ada di Indonesia? Dari uraian di atas, setidaknya kita sudah memperoleh
gambaran yang harus dipertegas, yaitu bahasa Indonesia berasal dari Proto
Austronesia dan Proto Indo – Pasifik. Bahasa rumpun Austronesia menyebar
menjadi bahasa-bahasa daerah di berbagai wilayah Indonesia. Sementara
Proto Indo – Pacifik menyebar menjadi bahasa daerah di Papua. Dengan
demikian adapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa –
bahasa daerah yang ada di Indonesia berasal dari dua rumpun besar bahasa
di dunia, yaitu Proto Austronesia dan Proto Indo – Pasifik.
Darimanakah asal-usul pertama bahasa di dunia ini? Menurut Comrie
(2001) yang dikutip oleh Lucy Ruth Montolalu, Muhadjir dan Multamia
RMT Kauder dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami
Lingustik (2005), dari sekitar 6.700 bahasa di dunia, terdapat 17 rumpun
bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun bahasa yang tertua
di dunia ini adalah bahasa-bahasa Afrika, yaitu Niger-Kordofani, Nilo-
Sahara, Khoisan, dan Afro-Asiatika. Dari keempat bahasa tersebut, yang
dianggap sebagai bahasa yang tertua adalah bahasa Khoisa. Dengan
demikian diperkirakan bahwa kelompok Khoisa adalah keturunan orang
pertama yang melakukan ekspansi keluar dari Afrika menuju Asia.
Perkiraan mengenai asal-usul bahasa yang ada di Indonesia dapat
dibandingkan dengan keterangan mengenai asal-usul orang Indonesia.
Menurut Koenjaraningrat (1999), “Manusia Indonesia yang tertua sudah
ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu Dataran Sunda masih
merupakan daratan, dan waktu Asia Tenggara bagian benua dan bagian
kepulauan masih menjadi satu”. Berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan,
seperti Pithecanthropus Erectus dan Homo Soloensis serta Homo Wajakensis
dipastikan bahwa manusia Indonesia tertua berasal dari Australia Selatan
dengan ciri-ciri fisik Austro-Melanesoid.
Koenjaraningrat (1999) juga menegaskan, bahwa sebagian penduduk
tertua Indonesia ditemukan juga ciri-ciri Mongoloid. Berdasarkan ciri-ciri
ini dipastikan bahwa sebagian penduduk tertua Indonesia ada juga yang
berasal dari benua Asia. Penyebaran orang dengan ciri-ciri Mongolia ke
nusantara menempuh jalan yang sama dengan penyebaran orang-orang
yang berciri Austro – Melanoid.
Asal-usul orang Indonesia berasal dari Austro – Melanesoid di benua
Australia dan dari orang-orang Mongolia di Benua Asia. Asal-usul bahasa
Indonesia terdiri dari dua rumpun besar bahasa, yaitu rumpun Austronesia
dan Indo – Pacifik. Masuknya bahasa rumpun Austronesia dibawa oleh
orang-orang Austro – Melanesoid yang menyebar dan masuk sampai
Indonesia. Masuknya rumpun bahasa Indo – Pacifik dibawa oleh orangorang
Mongolia yang berasal dari Benua Asia dan menyebar sampai
Indonesia. Pertanyaan selanjutnya adalah dari manakah asal-usul orang
Austro – Melanesoid dan orang Mongolia? Mungkinkah berasal dari Afrika,
khususnya orang Khoisa? Kalian sendiri yang harus meneliti dan
memastikannya.
Tak ada yang tahu pasti berapa bahasa daerah di Indonesia. Tak ada
daftar nama baku untuk bahasa-bahasa itu, tak ada statistik yang mudah
di dapat tentang jumlah orang yang menuturkan bahasa tertentu, dan tak
ada peta yang memastikan di daerah mana bahasa-bahasa tertentu
dituturkan. Sebagian besar penelitian atas bahasa daerah di Indonesia
terbatas pada bahasa kelompok etnis besar saja; Jawa, Sunda, Madura,
Minangkabau, Batak, Bali, Bugis dan Banjar. Perkiraan jumlah bahasa
daerah yang dapat ditemukan di Indonesia berkisar dari angka terendah
69 sampai tertinggi 578 (Indonesian Heritage, jilid 10, 2002). Berikut ini
disajikan gambaran beberapa bahasa daerah di Indonesia berdasarkan
jumlah penuturnya.
Untuk memperoleh gambaran umum ditinjau terhadap bahasa daerah
di Indonesia, berikut ini disajikan gambaran beberapa bahasa daerah
Indonesia, yaitu meliputi:
1. Bahasa Jawa
Menurut Zulyani Hidayah (1999), orang Jawa sering menyebut
dirinya Wong Jowo atau Tiang Jawa. Jumlah populasinya paling banyak
dibandingkan dengan suku-suku bangsa lain, dan wilayah asal serta
wilayah persebarannya di seluruh Indonesia juga paling luas.
Pada pembicaraan sehari-hari orang Jawa digunakan bahasa Jawa sebagai
bahasa ibu. Menurut Koentjaraningrat (1999), pada waktu mengucapkan
bahasa Jawa, seseorang harus memperhatikan dan membeda-bedakan
keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan,
berdasarkan usia dan status sosialnya. Menurut Koentjaraningrat
(1999), bila ditinjau dari tingkatannya, bahasa Jawa terdiri dari
bahasa Jawa Ngoko dan bahasa JawaKrama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai
untuk orang yang sudah dikenal akrab, dan terhadap orang yang lebih
muda usianya serta lebih rendah derajat atau status sosialnya. Bahasa
Jawa Krama dipergunakan untuk bicara dengan orang yang belum dikenal akrab, tetapi yang sebaya dalam umur maupun derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur serta status sosialnya. Dari kedua macam derajat bahasa ini, timbul berbagai variasi dan kombinasi dalam bahasa Jawa, yang terletak di antara bahasa Jawa Ngoko dan Bahasa Krama, yaitu bahasa Jawa Madya Ngoko, bahasa Jawa Madya antara dan Bahasa Jawa Madya Krama. Jenis lainnya dari bahasa Jawa adalah bahasa Krama Inggil, terdiri dari 300 kata-kata yang dipakai untuk menyebut nama-nama anggota badan, aktivitas, benda milik, sifat-sifat dan emosiemosi dari orang-orang yang lebih tua umur atau lebih tinggi derajat sosial.
Jenis lainnya lagi adalah Kedaton (atau bahasa Bagongan) yang khusus dipergunakan di kalangan istana. Jenis lainnya adalah bahasa Jawa Krama Desa atau bahasa orang-orang di desa-desa. Akhirnya bahasa Jawa Kasar yakni salah satu macam bahasa daerah yang diucapkan oleh orang-orang yang sedang dalam keadaan marah atau mengumpat seseorang.
2. Bahasa Bali
Suku bangsa Bali atau Bali Hindu mendiami Pulau Bali yang sekarang
menjadi sebuah propinsi dengan delapan buah kabupaten. Pulau yang
terdiri dari dataran rendah dikelilingi bagian pesisir dan daerah perbukitan
serta pengunungan di bagian Tengah. Suku bangsa Bali menggunakan
bahasa Bali dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Bali terdiri dari beberapa
dialek, yaitu dialek Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, Gianyar,
Badung, Tabanan dan Jembrana. (Zulyani Hidayah, 1999).
Peninggalan-peninggalan prasasti dari zaman Bali–Hindu
menunjukkan adanya suatu bahasa Bali Kuno yang agak berbeda dengan
bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali kuno di samping mengandung banyak
kata-kata sansekerta, pada masanya terpengaruh oleh bahasa Jawa Kuno
dari zaman Majapahit, ialah zaman di mana pengaruh Jawa besar sekali
kepada kebudayaan Bali. Bahasa Bali mengenal apa yang disebut
“Perbendaharaan kata-kata hormat”, walaupun tidak sebanyak seperti di
dalam bahasa Jawa. Bahasa hormat (basa alus) yang dipakai kalau
berbicara dengan orang-orang tua atau tinggi, telah mengalami beberapa
perubahan akibat pengaruh modernisasi dan cita-cita demokrasi akhirakhir
ini (Koentjaraningrat, 1999).
3. Bahasa Minangkabau
Daerah asal dari kebudayaan Minangkabau kira-kira seluas daerah
propinsi Sumatera Barat sekarang ini, dengan dikurangi daerah kepulauan
Mentawai. Umumnya orang Minangkabau mencoba menghubungkan
keturunan mereka dengan suatu tempat tertentu, yaitu
Par(h)iangan, Padang Panjang. Mereka beranggapan bahwa nenek moyang mereka berpindah dari tempat itu dan kemudian menyebar ke daerah
penyebaran yang ada sekarang (Koentjaraningrat, 1999).
Bahasa sehari-hari Mingkabau adalah bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu Austronesia dengan aturan tata bahasa yang amat dekat dengan bahasa Indonesia, karena itu dekat pula dengan bahasa Melayu Lama yang mendasari bahasa Indonesia. Kata-kata Indonesia dalam bahasa Minangkabau hanya mengalami sedikit perubahan bunyi, seperti tiga menjadi tigo, lurus menjadi luruih, bulat menjadi bulek, empat menjadi ampek, dan sebagainya
(Zulyani Hidayah, 1999).
4. Bahasa Bugis
Kebudayaan Bugis adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis –
Makasar yang mendiami bagian terbesar dari Jazirah selatan dari Pulau
Sulawesi. Jazirah itu merupakan suatu propinsi, yaitu propinsi Sulawesi
Selatan. Penduduk Propinsi Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku bangsa
ialah Bugis, Makasar, Toraja dan Mandar. Percakapan sehari-hari orang
Bugis menggunakan bahasa Ugi (Koentjaraningrat, 1999).
Orang Bugis sering juga disebut orang Ugi. Bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa Ugi atau bahasa Bugi. Menurut ahli
etnolinguistik klasik, Esser, Bahasa Bugis sekelompok dengan bahasabahasa
orang Lawu, Sa’dan, Mandar, Pitu Ulunna Sallu, Makasar dan
Seko. Bahasa Bugis terdiri pula atas beberapa dialek, seperti dialek Bone,
Soppeng, Luwuk, Wajo, Bulukumba, Sidenreng, Pare-Pare dan lain-lain.
Sejak berabad-abad yang lalu orang Bugis telah mengenal tulisan sendiri
yang disebut aksara lontarak, yaitu aksara tradisional yang mungkin
berasal dari huruf sansekerta yang ditulis di atas daun lontar (daun sejenis
palem) (Zulyani Hidayah, 1999).
5. Bahasa Melayu
Bahasa Melayu dapat ditemukan di Jambi, Langkat dan Riau.
Masyarakat Jambi menggunakan bahasa Melayu Jambi. Masyarakat Langkat
menggunakan bahasa Melayu Langkat dan bahasa Melayu Riau
menggunakan bahasa Melayu Riau. Menurut Zulyani Hidayah (1999),
Bahasa Melayu yang dipakai di Jambi sangat dekat dengan bahasa Indonesia.
Bedanya hanya sedikit, misalnya kata-kata yang berakhiran A dalam
bahasa Indonesia, dalam bahasa Melayu Jambi menjadi O, seperti duga
menjadi dugo, mata menjadi mato, kemana menjadi kemano, permata
menjadi permato, dan seterusnya.
Orang Melayu Langkat mendiami daerah sepanjang pesisir timur
pulau Sumatera, mulai dari daerah Langkat di utara sampai ke Labuhan
Batu di selatan. Bahasa mereka adalah bahasa Melayu seperti umumnya
dikenal orang di sekitar pantai timur Sumatera dan semenanjung Malaysia.
Orang Melayu langkat menggunakan bahasa Melayu dialek langkat yang
dicirikan dengan pemakaian huruf E pada akhir kalimat. Selain itu, irama
(nada) dalam cara berbicaranya juga memiliki ciri khas yang berbeda
dengan bahasa Melayu yang digunakan di daerah lain (Zulyani Hidayah,
1999).
Suku bangsa Melayu di Riau adalah salah satu keturunan para migran
dari daratan Asia bagian tengah. Mereka juga menggunakan bahasa
Melayu yang disebut dengan bahasa Melayu Raiu. Bahasa Melayu ini tidak
jauh berbeda dengan bahasa Indonesia sekarang, malah dianggap sebagai
salah satu dasar bahasa Indonesia. Bahasa Melayu Riau disebut juga Bahasa
Melayu Tinggi, karena awalnya digunakan sebagai bahasa sastra oleh
masyarakat Indonesia pada akhir abad yang lalu. Sebelum mengenal
tulisan Latin, masyarakat Melayu Riau menuliskan gagasan mereka dalam
tulisan arab – melayu atau arab gundul (Zulyani Hidayah, 1999).

sumber : Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar