Jumat, 17 Mei 2013

Mengembangkan Sikap Kepedulian Terhadap Bahasa, Dialek Dan Tradisi Lisan


Bahasa, dialek dan tradisi lisan merupakan satu kesatuan. Tradisi lisan
menunjukkan identitas dialek dan bahasa penuturnya. Tradisi lisan
merupakan tradisi masyarakat sebelum mengenal tulisan yang dituturkan
secara turun-temurun, dan dari mulut ke mulut (secara lisan dan bahasa
mulut), namun keberadaannya tetap eksis (berkembang) sampai dengan
zaman sekarang ini. Bahkan sampai saat ini masih banyak masyarakat
bahasa yang mengandalkan tradisi lisan dalam berbagai aktivitas
kebudayaan karena masyarakat bahasa yang bersangkutan belum
mengenal tradisi tulis. Oleh karena itupula maka tradisi lisan memegang
peranan yang sangat penting bagi berbagai keperluan, terutama sebagai
sumber bagi kepentingan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan bahasa,
dialek dan tradisi lisan di berbagai masyarakat bahasa.
Bahasa Latin dan bahasa Sansekerta pada zamannya memiliki
penutur yang sangat banyak dan menjadi bahasa utama bagi peradaban
manusia, tetapi pada masa ini bahasa itu sudah punah, kita hanya dapat
menemukannya pada berbagai hasil tradisi tulis, seperti buku dan kamus.
Bahasa yang pernah mengalami kejayaan mengalami kepunahan. Karena
bahasa, dialek dan tradisi lisan merupakan satu kesatuan, maka punahnya
bahasa Latin dan Sangsekerta menyebabkan juga punahnya dialek dan
tradisi lisan yang ada dalam bahasa tersebut. Bahasa Latin mengalami
perkembangan memburuk. Hal yang sama dikhawatirkan dapat terjadi
pada bahasa, dialek dan tradisi lisan masyarakat bahasa di Indonesia,
terutama bahasa, dialek dan tradisi lisan yang memiliki jumlah penutur
sangat sedikit (di bawah satu juta penutur).
Banyak faktor yang menyebabkan kekhawatiran itu. Faktor pertama
adalah semakin pesatnya kemajuan yang dapat memberikan
kemungkinan bagi terjadinya saling pengaruh antara masyarakat bahasa
yang bersangkutan. Biasanya masyarakat bahasa dengan jumlah penutur
yang besar akan menekan dan menghimpit masyarakat bahasa yang
jumlah penuturnya lebih sedikit. Lama kelamaan hal ini akan dapat
menyebabkan punahnya bahasa, dialek dan tradisi lisan masyarakat
bahasa yang bersangkutan. Karena kalah bersaing dengan bahasa, dialek
dan tradisi lisan dari masyarakat bahasa dengan jumlah penutur yang
lebih besar.
Faktor kedua adalah sukarnya mempertemukan titik temu antara
bahasa nasional dan bahasa daerah. Kedudukan sebagai bahasa negara
dan lingua franca, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang digunakan
di sekolah dari berbagai tingkatan. Sehingga hampir setiap anak sekolah
di Indonesia dapat berbahasa Indonesia. Hal ini, jelas mengurangi
penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bagi
anak-anak yang orang tuanya tidak lancar lagi menggunakan bahasa
daerahnya, kemungkinan besar menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama dan utama dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan
anak itu kemudian menjadi orang tua dan sudah mulai melupakan bahasa
daerahnya. Dapat dipastikan bahwa anaknya kelak tidak akan dapat lagi
menggunakan bahasa daerahnya. Hal ini dapat menyebabkan punahnya
bahasa daerah dari masyarakat yang bersangkutan.
Faktor ketiga adalah keberadaan teknologi komunikasi dan media
informasi yang sangat dominan dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Setiap keluarga memiliki televisi, ketika menonton televisi kita menyaksikan
orang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya, sangat
jarang berbahasa daerah. Bahkan sebagian anak-anak Indonesia sudah
mulai terasa lebih akrab dengan bahasa asing (bahasa Inggris) daripada
bahasa daerahnya. Penyebabnya adalah setiap hari melalui televisi Ia
menyaksikan orang menggunakan bahasa Inggris. lambat laun mereka
mulai merasak tidak asing dan merasa akrab dengan bahasa asing
dibandingkan dengan bahasa daerahnya. Lama kelamaan keadaan ini
juga berdampak kurang menguntungkan bagi pelestarian bahasa, dialek
dan tradisi lisan yang ada di Indonesia.
Bagaimanakah kita menyikapi keadaan dan situasi yang kurang
menguntungkan bagi pelestarian bahasa, dialek dan tradisi lisan yang ada
di Indonesia? Kita bersama harus meningkatkan kepedulian terhadap
bahasa, dialek dan tradisi lisan yang ada di Indonesia. Kepedulian itu dapat
kita wujudkan dengan mengembangkan sikap positif terhadap keadaan
dan situasi yang kurang menguntungkan, mengevaluasi dan berusaha
mencari hikmah untuk menemukan cara terbaik melestarikan bahasa,
dialek dan tradisi lisan yang ada di Indonesia. Bagaimana pun buruknya
situasi dan keadaan yang kita hadapi kita harus mewujudkan kepedulian
terhadap bahasa, dialek dan tradisi lisan, dengan cara sebagai berikut.
1. Ikut menjaga dan melestarikannya dalam kehidupan nyata. Banyak
hal yang dapat dilakukan, diantaranya menggunakan bahasa daerah
dalam kehidupan berkeluarga, menghimpun dan mengoleksi berbagai
tradisi lisan daerah sendiri, dan sebagainya.
2. Menghormati bahasa, dialek, dan tradisi lisan masyarakat lain. Dalam
hal ini kita harus mengembangkan sikap toleransi, membiarkan dan
menghormati orang-orang yang berbicara dalam bahasa sukunya.
Tidak perlu tersinggung dan berburuk sangka.
3. Mengembangkan potensi bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang ada
di lingkungan masyarakat sekitar. Banyak hal yang dapat kita
lakukan, mungkin kita sudah harus memasukkan bahasa daerah kita
pada teknologi komunikasi, seperti hand phone, dapat juga dilakukan
dengan membuat tayangan bahasa daerah di televisi saluran daerah
dan nasional, serta mengajarkan bahasa daerah serta mementaskan
tradisi lisan di sekolah-sekolah, dan sebagainya.

sumber : Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar