Selasa, 28 Mei 2013

Kesesatan Teori Darwin

Charles Darwin dikenal sebagai Bapak Evolusi (penganut disebut Darwinisme) dengan teorinya tentang evolusi mahluk hidup melalui seleksi alam telah banyak mendominasi pemikiran dan doktrin dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan ini membuat teori evolusi menjadi pondasi utama dalam mempelajari ilmu pengetahuan (scince). Secara hukum ilmu pengetahuan, teori evolusi sampai saat ini belum terbukti dan masih tetap menjadi konsep Biologi saat ini. Namun propaganda dari darwinisme membuat konsep ini seakan-akan sudah terbukti dan menjadi fakta yang tidak terbantahkan bahkan disertai dengan pernyataan siapa yang tidak mempercayai teori darwin sama saja menolak ilmu pengetahuan atau tidak berpengetahuan (bodoh).
Jika teori darwin telah terbukti dan menjadi suatu hukum (seperti hukum gravitasi milik Isaac Newton), maka tentu ada bukti yang mendukung selain itu percobaan-percobaan yang dilakukan (dilaboratorium) untuk membuktikan teori tersebut berhasil adanya. Namun sayangnya fakta alam dan bukti percobaan sama sekali tidak ada atau tidak ada yang mendukung teori tersebut, kita hanya dibuai kata-kata manis dari dogma Charles Darwin tentang teori evolusi. Untuk itu kita lihat rujukan yang menjadi “bukti” kebenaran Teori Darwin:
- Variasi
Perbedaan burung Finch di pulau Galapagos yang terpecil dengan yang ada London mengilhaminya ada proses evolusi bentuk paruh akibat geografis dan jenis makanan, namun ini terbantahkan oleh bapak genetika Gregor Mendel yang menemukan hukum penurunan sifat, yaitu sifat anakan cenderung tidak sama dengan induknya melainkan campuran dari kedua induknya sehingga terjadi variasi dalam spesies ini. Maka burung Finch di pulau Galapagos adalah variasi lain dari burung Finch yang ada di London
- Mutasi
Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui bahwa mutasi merupakan usaha Darwinisme membuktikan teori Darwin dalam laboratorium, karena evolusi sendiri tidak lain adalah proses mutasi yang berlangsung dalam jangka yang amat panjang (dalam jutaan tahun). Namun sampai saat ini proses mutasi tidak pernah menghasilkan apa yang disebut “Mahluk Baru”, bahkan mutasi sendiri sifatnya merusak susunan fisik dan atau organ yang telah sempurna dari mahluk percobaan. Kloning sendiri yang disebut sebagai kemenangan Darwinisme tidak dapat diandalkan karena teori evolusi menyatakan adanya bentuk baru dari mahluk sebelumnya, sedang kloning hanya meng”copy” mahluk sebelumnya.
- Metamorfosis
Metamorfosis sendiri bukanlah proses evolusi, meski menghasilkan mahluk lain dari mahluk awal tapi prinsip dasar teori evolusi adalah terjadinya perubahan secara acak atau kebetulan atau tidak sengaja namun metamorfosis sendiri adalah tindakan (proses) yang telah direncanakan. Tahap-tahap perubahan mengalami bentuk sama sepanjang masa, contoh kecebong akan selamanya menjadi katak tidak akan berubah menjadi ikan atau belut, ulat akan menjadi kupu-kupu tidak akan menjadi (seharusnya) cacing atau lipan. Dan kesalahan atau peyimpangan selama proses metamorfosis menyebabkan kematian, dimana dalam teori evolusi seharusnya tidak mati
- Fosil (Catatan Fosil)
Menurut Darwin segala mahluk hidup (spesies) berasal dari satu nenek moyang, spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah menjadi spesies lain, dan semua spesies muncul dengan cara ini. Perubahan ini berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun. Dalam bukunya The Origin of Species ditulis “Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama… Sudah tentu bukti keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan fosil”. Dengan pernyataan itu, maka seharusnya pernah terdapat sangat banyak hewan (spesies) peralihan selama periode perubahan yang panjang itu, contoh: seharusnya terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan – setengah reptil di masa lampau, dengan beberapa ciri reptil sebagai tambahan pada ciri ikan yang telah mereka miliki. Namun fakta dari temuan fosil mengatakan lain, hingga saat ini fosil binatang yang ditemukan memiliki struktur dan fungsi sama dengan hewan modern saat ini, bahkan untuk jenis Dinosaurus belum ada yang dalam bentuk seperti naga terbang (dinosaurus bersayap). Dengan kata lain fosil binatang dalam bentuk “transisi” tidak pernah ada.
- Kera ke Manusia
Pernyataan inilah yang membuat Darwin menjadi terkenal, menurutnya Kera merupakan satu-satunya hewan yang mendekati kemiripan dengan manusia dalam evolusi mahluk hidup. Kemiripan ini mencakup susunan fisiologi dan organ yang mirip, hanya beberapa yang kontras seperti cara berjalan, bulu, dan tentunya kemampuan pikir (otak). Sudah banyak fosil manusia purba ditemukan di seluruh penjuru bumi termasuk di Indonesia, dan dimasukkan dalam katalog “evolusi manusia”, untuk mempermudah dibentuk gambar imajinasi transisi dari kera ke manusia purba lalu ke manusia modern. Hasilnya, antara imajinasi transisi kera ke manusia berbeda dengan temuan fosil yang ditemukan, meski ada yang mirip namun itu hanya sebagian kecil dan lebih banyak tidak sama, untuk itu alasan dibutuhkan lebih banyak fosil manusia purba lagi menjadi senjata menutupi kesalahan dan untuk menutupi keraguan imajinasi transisi tersebut dibuatkan istilah “missing link” (hubungan yang hilang).
- Mekanisme Acak dan Awal Kehidupan
Darwinisme berpendapat perubahan bentuk suatu mahluk ke bentuk mahluk lain, seperti ikan menjadi reptil terjadi karena mekanisme acak. Artinya perubahan ikan menjadi reptil terjadi secara tidak sengaja atau kebetulan, dan proses ini mengorbankan generasi-generasi ikan yang mati dalam melakukan percoban agar dapat menjadi reptil yang sempurna dalam jangka waktu yang amat lama. Dan pertanyaannya apakah mungkin mekanisme acak dapat mengevolusi mahluk? Dan jika mahluk berevolusi dari satu bentuk ke bentuk lain berarti ada awal mahluk, lantas “mahluk awal” terbentuk dari apa? menurut darwinisme “Awal mahluk” berasal dari benda mati yaitu campuran cairan kimia dan dengan bantuan katalis berupa petir dan sinar matahari, cairan yang disebut sup asam amino membentuk sel yang sangat sederhana kemudian dengan mekanisme acak, sel sangat sederhana berangsur menjadi sel protein kompleks dan akhirnya menjadi suatu mahluk (Percobaan Miller). Namun teori ini tidak pernah terbukti dalam laboratorium termodern apapun hingga kini. Karena asam amino sebagai pembentuk dasar mahluk hidup sangat kompleks belum lagi DNA-RNA didalamnya, secara matematis probalitas pembentukan 500 asam amino (yang saling mengikat) dalam sebuah protein tersebut di alam secara acak 1:10 pangkat 950, suatu nilai yang fantastis untuk suatu mekanisme acak dan merangkai asam amino adalah bagian awal dari sebuah pembentukan protein belum lagi proses-proses selanjutnya hingga pembentuk mahluk baru. Dan kesimpulannya mekanisme acak dari teori evolusi dapat dikatakan mustahil terjadi.
Dengan “mahluk awal” ini Darwinisme tidak mengakui adanya Tuhan (Sang Pencipta), semua yang terjadi karena hukum alam dan mekanisme acak, dan awal kehidupan berasal dari benda mati. Jika dihadapkan pada suatu sistem jaringan kompleks sel hidup atau kekaguman fungsi mata pada manusia yang terdiri dari jutaan neuron kompleks, Darwinisme hanya menjawab sebagai “keajaiban Evolusi” (keajaiban kebetulan/sengaja), namun tidak dapat menjelaskan mengapa faktor kebetulan itu bisa membentuk hal-hal rumit dan kompleks seperti itu, dapat dianologikan jika sebuah tornado menghantam sebuah pengolahan sampah kendaraan bekas lalu ketika tornado itu hilang, kumpulan rongsokan itu telah menjadi sebuah pesawat ulang alik luar angkasa. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi secara sengaja, dengan demikian Teori Darwin tentang Evolusi hanya konsep semata yang belum pernah terbukti.
Jawaban yang mereka berikan dari penjelasan kerumitan tersebut adalah “biarlah waktu memberi pengetahuan berkembang dan menjelaskan kerumitan tersebut”, namun jawaban ini merupakan dilema yang besar karena semakin berkembangnya teknologi dan ilmu, mereka semakin bingung dengan kerumitan suatu penciptaan sel/mahluk semakin membuktikan bahwa ini tidak mungkin terjadi dengan sengaja tanpa ada yang menciptakannya
Sangat Menyesatkan dan Sumber Inspirasi Kebrutalan Manusia
Orang yang mempercayai Teori Evolusi Darwin bisa dikatakan secara langsung disebut atheis (tak bertuhan), karena campur tangan Sang Pencipta (The Creator) Yang Maha Mencipta tidak ada, dengan demikian agama, hal ghaib, dan ajaran agama tidak ada pada dirinya.
Semua yang tercipta karena hukum alam dengan mekanisme acak atau kebetulan terjadi. Dari teori ini pula lahir filsafat materialistik, yaitu faham kebendaan dimana yang dipercaya apabila dapat diindera oleh manusia selain itu tidak dapat dipercaya. sehingga jiwa (ruh) tidak ada melainkan kumpulan sel-sel hidup yang hidup dari serangkain listrik kecil dalam tubuh mahluk (ingat novel Frankestein) dan akhirat itu tidak ada, hanyalah dogma dari agama sehingga kematian adalah suatu akhir maka tidak herak jika tokoh Darwinisme mengatakan “Agama adalah candu yang harus disingkirkan”.
Teori Darwin tentang evolusi mahluk melalui seleksi alam menempatkan manusia sama dengan hewan, dengan demikian terjadi hukum rimba yaitu yang kuat akan bertahan sedang yang lemah akan hilang atau mati. Dan hukum itu membuat Hitler mampu melakukan genosoida (pembunuhan massal) terhadap yahudi polandia, juga Benitto Mussolini fasis itali dalam menghancurkan afganistan. Bahkan Hitler menganggap para prajuritnya sengaja dibuat tidak bermoral seperti layaknya anjing bullpit (anjing pembunuh) agar kemampuan membunuhnya dapat menjadi mahluk terkuat. Hitler beranggapan kasih sayang, cinta, dan kedamaian membuat manusia menjadi lemah sehingga negara (masyarakat) harus tetap dalam kondisi perang agar tetap kuat. Kebenaran akan suatu tindakan bukan berdasarkan hati nurani ataupun etika moral tetapi berdasarkan pemenang atau siapa yang berkuasa maka dialah yang menentukan suatu kebenaran. Rasisme yang dipercaya Hitler juga berasal dari teori Darwin, bahwa “telah diberi pilihan kepada ras unggul untuk memerintah ras lain dengan alasan untuk memelihara ras unggul dan seleksi alam” sehingga tidak hanya orang yahudi saja yang menjadi korban, namun semua orang selain ras arya yang dimiliki orang-orang Hitler.
Dan tentunya bisa diingat awal Perang Dunia (PDII) dipicu oleh serangan Jerman ke Polandia, yaitu Hitler menyuruh pasukan melakukan genosida di Polandia. Kebijakan “egenitika” membuat Hitler menjadikan manusia tidak lebih dari hewan piaraan, egenitika berasal dari Francis Galton (pujaan Charles Darwin) yang menjelaskan pentingnya pembibitan manusia unggul seperti layaknya pembibitan ras kuda atau ras anjing, dimana hasil yang jelek di “singkirikan” (dibunuh) dan yang baik dipelihara. sehingga di masa Hitler pembunuhan terhadap bayi yang”tak unggul” adalah hal biasa dan bukan suatu kesalahan, selain itu juga dilakukan pensterilan pada orang-orang cacat (jika tidak ingin dibunuh) agar tidak memiliki keturunan, karena akan merusak keturunan ras murni unggul nantinya.
Demikian sebagian dari kesesatan teori Darwin tentang evolusi melalui seleksi alam, menghasilkan kekacauan dan merusak keseimbangan hidup makhluk.
Teori yang dipuja sebagai dasar pengetahuan, tidak lebih suatu konsep yang sampai saat ini tidak terbukti tapi orang telah menjadikan sebagai dasar hukum dalam kehidupan, lantas masih perlukah mempertahankan konsep Darwin ini? ( sumber : firdausoyon.blogspot.com )

sumber : http://hutantropis.com/kesesatan-teori-darwin

1 komentar: