Charles Darwin dikenal sebagai Bapak Evolusi (penganut disebut
Darwinisme) dengan teorinya tentang evolusi mahluk hidup melalui seleksi
alam telah banyak mendominasi pemikiran dan doktrin dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan ini membuat teori evolusi menjadi pondasi utama
dalam mempelajari ilmu pengetahuan (scince). Secara hukum ilmu
pengetahuan, teori evolusi sampai saat ini belum terbukti dan masih
tetap menjadi konsep Biologi saat ini. Namun propaganda dari darwinisme
membuat konsep ini seakan-akan sudah terbukti dan menjadi fakta yang
tidak terbantahkan bahkan disertai dengan pernyataan siapa yang tidak
mempercayai teori darwin sama saja menolak ilmu pengetahuan atau tidak
berpengetahuan (bodoh).
Jika teori darwin telah terbukti dan menjadi suatu hukum (seperti
hukum gravitasi milik Isaac Newton), maka tentu ada bukti yang mendukung
selain itu percobaan-percobaan yang dilakukan (dilaboratorium) untuk
membuktikan teori tersebut berhasil adanya. Namun sayangnya fakta alam
dan bukti percobaan sama sekali tidak ada atau tidak ada yang mendukung
teori tersebut, kita hanya dibuai kata-kata manis dari dogma Charles
Darwin tentang teori evolusi. Untuk itu kita lihat rujukan yang menjadi
“bukti” kebenaran Teori Darwin:
- Variasi
Perbedaan burung Finch di pulau Galapagos yang terpecil dengan yang
ada London mengilhaminya ada proses evolusi bentuk paruh akibat
geografis dan jenis makanan, namun ini terbantahkan oleh bapak genetika
Gregor Mendel yang menemukan hukum penurunan sifat, yaitu sifat anakan
cenderung tidak sama dengan induknya melainkan campuran dari kedua
induknya sehingga terjadi variasi dalam spesies ini. Maka burung Finch
di pulau Galapagos adalah variasi lain dari burung Finch yang ada di
London
- Mutasi
Mungkin sebagian dari kita tidak mengetahui bahwa mutasi merupakan
usaha Darwinisme membuktikan teori Darwin dalam laboratorium, karena
evolusi sendiri tidak lain adalah proses mutasi yang berlangsung dalam
jangka yang amat panjang (dalam jutaan tahun). Namun sampai saat ini
proses mutasi tidak pernah menghasilkan apa yang disebut “Mahluk Baru”,
bahkan mutasi sendiri sifatnya merusak susunan fisik dan atau organ yang
telah sempurna dari mahluk percobaan. Kloning sendiri yang disebut
sebagai kemenangan Darwinisme tidak dapat diandalkan karena teori
evolusi menyatakan adanya bentuk baru dari mahluk sebelumnya, sedang
kloning hanya meng”copy” mahluk sebelumnya.
- Metamorfosis
Metamorfosis sendiri bukanlah proses evolusi, meski menghasilkan
mahluk lain dari mahluk awal tapi prinsip dasar teori evolusi adalah
terjadinya perubahan secara acak atau kebetulan atau tidak sengaja namun
metamorfosis sendiri adalah tindakan (proses) yang telah direncanakan.
Tahap-tahap perubahan mengalami bentuk sama sepanjang masa, contoh
kecebong akan selamanya menjadi katak tidak akan berubah menjadi ikan
atau belut, ulat akan menjadi kupu-kupu tidak akan menjadi (seharusnya)
cacing atau lipan. Dan kesalahan atau peyimpangan selama proses
metamorfosis menyebabkan kematian, dimana dalam teori evolusi seharusnya
tidak mati
- Fosil (Catatan Fosil)
Menurut Darwin segala mahluk hidup (spesies) berasal dari satu nenek
moyang, spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah menjadi spesies
lain, dan semua spesies muncul dengan cara ini. Perubahan ini
berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun. Dalam
bukunya The Origin of Species ditulis “Jika teori saya benar, pasti
pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung
jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama… Sudah
tentu bukti keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada
peninggalan-peninggalan fosil”. Dengan pernyataan itu, maka seharusnya
pernah terdapat sangat banyak hewan (spesies) peralihan selama periode
perubahan yang panjang itu, contoh: seharusnya terdapat beberapa jenis
makhluk setengah ikan – setengah reptil di masa lampau, dengan beberapa
ciri reptil sebagai tambahan pada ciri ikan yang telah mereka miliki.
Namun fakta dari temuan fosil mengatakan lain, hingga saat ini fosil
binatang yang ditemukan memiliki struktur dan fungsi sama dengan hewan
modern saat ini, bahkan untuk jenis Dinosaurus belum ada yang dalam
bentuk seperti naga terbang (dinosaurus bersayap). Dengan kata lain
fosil binatang dalam bentuk “transisi” tidak pernah ada.
- Kera ke Manusia
Pernyataan inilah yang membuat Darwin menjadi terkenal, menurutnya
Kera merupakan satu-satunya hewan yang mendekati kemiripan dengan
manusia dalam evolusi mahluk hidup. Kemiripan ini mencakup susunan
fisiologi dan organ yang mirip, hanya beberapa yang kontras seperti cara
berjalan, bulu, dan tentunya kemampuan pikir (otak). Sudah banyak fosil
manusia purba ditemukan di seluruh penjuru bumi termasuk di Indonesia,
dan dimasukkan dalam katalog “evolusi manusia”, untuk mempermudah
dibentuk gambar imajinasi transisi dari kera ke manusia purba lalu ke
manusia modern. Hasilnya, antara imajinasi transisi kera ke manusia
berbeda dengan temuan fosil yang ditemukan, meski ada yang mirip namun
itu hanya sebagian kecil dan lebih banyak tidak sama, untuk itu alasan
dibutuhkan lebih banyak fosil manusia purba lagi menjadi senjata
menutupi kesalahan dan untuk menutupi keraguan imajinasi transisi
tersebut dibuatkan istilah “missing link” (hubungan yang hilang).
- Mekanisme Acak dan Awal Kehidupan
Darwinisme berpendapat perubahan bentuk suatu mahluk ke bentuk mahluk
lain, seperti ikan menjadi reptil terjadi karena mekanisme acak.
Artinya perubahan ikan menjadi reptil terjadi secara tidak sengaja atau
kebetulan, dan proses ini mengorbankan generasi-generasi ikan yang mati
dalam melakukan percoban agar dapat menjadi reptil yang sempurna dalam
jangka waktu yang amat lama. Dan pertanyaannya apakah mungkin mekanisme
acak dapat mengevolusi mahluk? Dan jika mahluk berevolusi dari satu
bentuk ke bentuk lain berarti ada awal mahluk, lantas “mahluk awal”
terbentuk dari apa? menurut darwinisme “Awal mahluk” berasal dari benda
mati yaitu campuran cairan kimia dan dengan bantuan katalis berupa petir
dan sinar matahari, cairan yang disebut sup asam amino membentuk sel
yang sangat sederhana kemudian dengan mekanisme acak, sel sangat
sederhana berangsur menjadi sel protein kompleks dan akhirnya menjadi
suatu mahluk (Percobaan Miller). Namun teori ini tidak pernah terbukti
dalam laboratorium termodern apapun hingga kini. Karena asam amino
sebagai pembentuk dasar mahluk hidup sangat kompleks belum lagi DNA-RNA
didalamnya, secara matematis probalitas pembentukan 500 asam amino (yang
saling mengikat) dalam sebuah protein tersebut di alam secara acak 1:10
pangkat 950, suatu nilai yang fantastis untuk suatu mekanisme acak dan
merangkai asam amino adalah bagian awal dari sebuah pembentukan protein
belum lagi proses-proses selanjutnya hingga pembentuk mahluk baru. Dan
kesimpulannya mekanisme acak dari teori evolusi dapat dikatakan mustahil
terjadi.
Dengan “mahluk awal” ini Darwinisme tidak mengakui adanya Tuhan (Sang
Pencipta), semua yang terjadi karena hukum alam dan mekanisme acak, dan
awal kehidupan berasal dari benda mati. Jika dihadapkan pada suatu
sistem jaringan kompleks sel hidup atau kekaguman fungsi mata pada
manusia yang terdiri dari jutaan neuron kompleks, Darwinisme hanya
menjawab sebagai “keajaiban Evolusi” (keajaiban kebetulan/sengaja),
namun tidak dapat menjelaskan mengapa faktor kebetulan itu bisa
membentuk hal-hal rumit dan kompleks seperti itu, dapat dianologikan
jika sebuah tornado menghantam sebuah pengolahan sampah kendaraan bekas
lalu ketika tornado itu hilang, kumpulan rongsokan itu telah menjadi
sebuah pesawat ulang alik luar angkasa. Suatu hal yang tidak mungkin
terjadi secara sengaja, dengan demikian Teori Darwin tentang Evolusi
hanya konsep semata yang belum pernah terbukti.
Jawaban yang mereka berikan dari penjelasan kerumitan tersebut adalah
“biarlah waktu memberi pengetahuan berkembang dan menjelaskan kerumitan
tersebut”, namun jawaban ini merupakan dilema yang besar karena semakin
berkembangnya teknologi dan ilmu, mereka semakin bingung dengan
kerumitan suatu penciptaan sel/mahluk semakin membuktikan bahwa ini
tidak mungkin terjadi dengan sengaja tanpa ada yang menciptakannya
Sangat Menyesatkan dan Sumber Inspirasi Kebrutalan Manusia
Orang yang mempercayai Teori Evolusi Darwin bisa dikatakan secara
langsung disebut atheis (tak bertuhan), karena campur tangan Sang
Pencipta (The Creator) Yang Maha Mencipta tidak ada, dengan demikian
agama, hal ghaib, dan ajaran agama tidak ada pada dirinya.
Semua yang tercipta karena hukum alam dengan mekanisme acak atau
kebetulan terjadi. Dari teori ini pula lahir filsafat materialistik,
yaitu faham kebendaan dimana yang dipercaya apabila dapat diindera oleh
manusia selain itu tidak dapat dipercaya. sehingga jiwa (ruh) tidak ada
melainkan kumpulan sel-sel hidup yang hidup dari serangkain listrik
kecil dalam tubuh mahluk (ingat novel Frankestein) dan akhirat itu tidak
ada, hanyalah dogma dari agama sehingga kematian adalah suatu akhir
maka tidak herak jika tokoh Darwinisme mengatakan “Agama adalah candu
yang harus disingkirkan”.
Teori Darwin tentang evolusi mahluk melalui seleksi alam menempatkan
manusia sama dengan hewan, dengan demikian terjadi hukum rimba yaitu
yang kuat akan bertahan sedang yang lemah akan hilang atau mati. Dan
hukum itu membuat Hitler mampu melakukan genosoida (pembunuhan massal)
terhadap yahudi polandia, juga Benitto Mussolini fasis itali dalam
menghancurkan afganistan. Bahkan Hitler menganggap para prajuritnya
sengaja dibuat tidak bermoral seperti layaknya anjing bullpit (anjing
pembunuh) agar kemampuan membunuhnya dapat menjadi mahluk terkuat.
Hitler beranggapan kasih sayang, cinta, dan kedamaian membuat manusia
menjadi lemah sehingga negara (masyarakat) harus tetap dalam kondisi
perang agar tetap kuat. Kebenaran akan suatu tindakan bukan berdasarkan
hati nurani ataupun etika moral tetapi berdasarkan pemenang atau siapa
yang berkuasa maka dialah yang menentukan suatu kebenaran. Rasisme yang
dipercaya Hitler juga berasal dari teori Darwin, bahwa “telah diberi
pilihan kepada ras unggul untuk memerintah ras lain dengan alasan untuk
memelihara ras unggul dan seleksi alam” sehingga tidak hanya orang
yahudi saja yang menjadi korban, namun semua orang selain ras arya yang
dimiliki orang-orang Hitler.
Dan tentunya bisa diingat awal Perang Dunia (PDII) dipicu oleh
serangan Jerman ke Polandia, yaitu Hitler menyuruh pasukan melakukan
genosida di Polandia. Kebijakan “egenitika” membuat Hitler menjadikan
manusia tidak lebih dari hewan piaraan, egenitika berasal dari Francis
Galton (pujaan Charles Darwin) yang menjelaskan pentingnya pembibitan
manusia unggul seperti layaknya pembibitan ras kuda atau ras anjing,
dimana hasil yang jelek di “singkirikan” (dibunuh) dan yang baik
dipelihara. sehingga di masa Hitler pembunuhan terhadap bayi yang”tak
unggul” adalah hal biasa dan bukan suatu kesalahan, selain itu juga
dilakukan pensterilan pada orang-orang cacat (jika tidak ingin dibunuh)
agar tidak memiliki keturunan, karena akan merusak keturunan ras murni
unggul nantinya.
Demikian sebagian dari kesesatan teori Darwin tentang evolusi melalui
seleksi alam, menghasilkan kekacauan dan merusak keseimbangan hidup
makhluk.
Teori yang dipuja sebagai dasar pengetahuan, tidak lebih suatu konsep
yang sampai saat ini tidak terbukti tapi orang telah menjadikan sebagai
dasar hukum dalam kehidupan, lantas masih perlukah mempertahankan
konsep Darwin ini? ( sumber : firdausoyon.blogspot.com )
sumber : http://hutantropis.com/kesesatan-teori-darwin
telaah dengan pikiran jernih
BalasHapus