Pernahkah kalian pergi ke luar daerah tempat tinggal kalian
dan mendengar orang-orang di daerah tersebut berbicara dengan tutur kata dan
gaya berbicara yang berbeda dengan kalian, selanjutnya apa yang terlintas dalam
pikiran kalian ketika mendengar kata dialek? Ada orang
yang mengatakan dialek adalah substandar atau standar rendah
dari suatu bahasa, dialek sering dihubungkan prestis seseorang atau kelompok.
Ada, juga yang mengatakan bahwa dialek sering dihubungkan dengan bahasa, terutama
bahasa tutur dalam daerah tertentu. Ada lagi yang mengatakan bahwa dialek
adalah beberapa bentuk penyimpangan berbahasa dikaitkan
dengan standar baku berbahasa. Masih banyak lagi orang yang memberikan
gambaran berbeda dibenaknya ketika mendengar kata dialek. Menurut Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), istilah dialek berasal dari kata
Yunani dialektos. Pada mulanya dipergunakan
dalam hubungannya dengan keadaan bahasa. Di Yunani terdapat perbedaan-perbedaan
kecil di dalam bahasa yang dipergunakan pendukungnya masing-masing, tetapi hal
tersebut tidak sampai
menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda. Perbedaan
tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu
bahasa yang sama. Oleh karena itu, ciri utama dialek adalah perbedaan dalam
kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan
(Meillet, 1967 : 69 - 70). Dialek adalah logat berbahasa.
Dialek adalah perlambangan dan
pengkhususan dari bahasa induk. Menurut Weijnen, dkk yang
dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983) dialek adalah sistem
kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakan dari
masyarakat lain.
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), ada 2
(dua) ciri yang dimiliki dialek, yaitu:
a. Dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang
berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya
dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama.
b. Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari
sebuah bahasa. (Meillet 1967: 69).
Dengan meminjam kata-kata Claude
Fauchet, dialek ialah mots de leur terroir yang berarti dialek adalah kata-kata di atas tanahnya (Chaurand,
1972: 149), yang di dalam perkembangannya kemudian menunjuk
kepada suatu bahasa daerah yang layak dipergunakan dalam
karya sastra daerah yang bersangkutan. Pada perkembangannya
tersebut, kemudian salah satu dialek yang kedudukannya sederajat itu sedikit
demi sedikit diterima sebagai bahasa
baku oleh seluruh daerah.Hal itu disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor subyektif maupun obyektif. Faktor-faktor yang menentukan penobatan
suatu dialek menjadi bahasa baku terutama politik, kebudayaan dan ekonomi
(Meillet, 1967: 72). Di dalam proses tersebut,
kaum perantara juga turut berjasa di antaranya mereka yang berpendidikan
dan menguasai bahasa budayanya (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983).
Proses perkembangan dialek bermula pada kelompok yang berpendidikan.
Dwibahasawan mereka mempergunakan koine,
yaitu
ungkapan-ungkapan bahasa baku sebagai bahasa budaya, dan
dialek sebagai bahasa praja. Koine
mereka pergunakan untuk sesama mereka, dan dialek mereka
pergunakan jika berkomunikasi dengan penduduk setempat, petani dan kelompok
sederhana lainnya. Sementara itu penduduk
sendiri adalah ekabahasawan. Walaupun mereka mengagumi koine, tapi mereka
hanya mempergunakan dialek saja. Pada tahap berikutnya, masyarakat
berpendidikan itu menjadi ekabahawasan. Mereka menghindari pemakaian dialek
yang sudah kehilangan dasar-dasar
kaidahnya. Sejak itu penduduk bahasanya menjadi dwibahasawan.
Pada mulanya mereka belum memenuhi semua persyaratan bahasa baku tersebut,
tergantung kepada taraf pendidikan mereka. Di samping itu mereka tetap
mempergunakan dialek di antara sesama mereka saja (Gairaud, 1970: 7-8, di kutip
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983).
Sumber : Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar